Transformasi Pendidikan melalui Design Thinking: Refleksi dan Praktik dalam Program Profesi Guru Prajabatan

  

Transformasi Pendidikan melalui Design Thinking: Refleksi dan Praktik dalam Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan

Oleh: Nurlathifah Khalifatunnisa, S.Pd.     

 

Pada program profesi guru (PPG) prajabatan, design thinking merupakan salah satu mata kuliah selektif yang sangat direkomendasikan untuk dipelajari oleh calon pendidik profesional. Mata kuliah ini memberikan pendekatan kreatif untuk memecahkan masalah dalam pendidikan. Mata kuliah ini akan membantu calon pendidik profesional dalam memahami dan mengapresiasi kebutuhan maupun perspektif peserta didik serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan dinamis.


Review Pengalaman Belajar

Topik 1: Design Thinking dan Pembelajaran yang Berpusat pada Peserta Didik

Design Thinking dalam pendidikan sangat efektif untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan memunculkan potensi kreatif individu. Metodologi ini terdiri atas tahapan inspirasi, ideasi, dan implementasi, seperti yang dijelaskan oleh Tim Brown (2008). Proses ini melibatkan eksplorasi masalah dan pemahaman pengguna, serta menguji dan menerapkan solusi kontekstual. Sebagai contoh, dalam simulasinya, saya dan rekan kelompok merancang ide kreatif dalam membuat hadiah untuk klien yang sesuai dengan preferensinya yaitu dengan memahami kebutuhan dan kesukaan klien.

Topik 2: Fase Empathize: Menggunakan Empati untuk Membangun Pemahaman

Pada topik ini, saya belajar membangun pemahaman empatik terhadap permasalahan peserta didik melalui wawancara dengan metode extrem kanan dan extrem kiri. Extrem kanan terdiri atas peserta didik dengan motivasi belajar sangat tinggi, sementara extrem kiri adalah peserta didik dengan motivasi belajar rendah. Pendekatan ini membantu saya mengidentifikasi kebutuhan dan preferensi masing-masing peserta didik, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman serta memaksimalkan potensi kreatif setiap individu.

Topik 3: Fase Define: Menggunakan Teknik Design Thinking untuk Perumusan Tujuan

Pada topik ini, saya mencoba mendefinisikan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Setelah itu, saya merumuskan tujuan yang jelas untuk mengatasi masalah tersebut. Rumusan tujuan ini membantu saya menghasilkan ide-ide kreatif dalam merancang pembelajaran yang lebih tepat sasaran. Dengan merumuskan masalah dan tujuan yang spesifik, saya dapat menciptakan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Topik 4: Fase Ideate: Melahirkan Gagasan Inovatif untuk Rancangan Pembelajaran

Fase ideate membantu merealisasikan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dengan mendefinisikan masalah peserta didik. Fase ini mendorong pendidik untuk menghasilkan berbagai ide kreatif, baik yang konvensional maupun yang out of the box. Setelah mengumpulkan ide-ide tersebut, pendidik memilahnya menjadi ranah divergen dan konvergen. Proses ini membantu pendidik dalam memilih dan mengembangkan gagasan inovatif yang dapat diimplementasikan secara efektif dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Topik 5: Fase Prototyping dan Testing: Mengembangkan dan Menguji Coba Rancangan Pembelajaran

Dalam topik ini, saya melakukan eksperimen dengan berbagai ide yang telah saya temukan melalui fase prototype dan test. Prototipe digunakan untuk memvalidasi ide, asumsi, dan elemen-elemen lain dari konsep dengan cepat dan tanpa memerlukan biaya besar sehingga saya bisa melakukan perbaikan lebih awal atau mengubah arah rancangan jika diperlukan. Prototipe yang saya gunakan ini menggunakan prototipe jenis low fidelity (prototipe ketepatan rendah) dengan menggunakan match-up untuk membuat media pembelajaran simulasi interaktif dalam pembelajaran teks biografi di kelas X.

Topik 6: Peluang dan Tantangan Penerapan Design Thinking di Sekolah

Topik ini membahas peluang dan tantangan dalam menerapkan pendekatan design thinking dalam memperkaya pengalaman belajar peserta didik di sekolahSeorang pendidik perlu memahami dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan serta gaya belajar peserta didik sebelum memulai proses pengembangan prototipe. Dengan memahami medan kelas dan cara belajar peserta didik, pendidik dapat mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan pengalaman belajar mereka. Selain itu, dengan kembali mengembangkan rancangan berdasarkan pemahaman yang lebih baik, pendidik dapat lebih efektif menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran.

Topik 7: Design Thinking dan Transformasi Pendidikan

Topik ini membahas peran penting praktik pembelajaran berbasis Design Thinking dalam menghasilkan transformasi pendidikan yang berkelanjutan. Melalui proses uji coba rancangan, praktik pembelajaran yang berfokus pada keadilan dan makna bagi peserta didik dapat diwujudkan. Praktik ini tidak hanya mencakup aspek akademik, tetapi juga mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional, mengakui hubungan erat antara ketiganya. Hasilnya, desain pembelajaran tidak hanya memenuhi kebutuhan peserta didik, tetapi juga membantu mereka berkembang secara holistik sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka.

 

Refleksi Pengalaman Belajar yang Dipilih

Semua materi yang terdapat pada mata kuliah design thinking sangat berkesan dan bermakna bagi saya. Namun, topik yang paling berkesan bagi saya adalah topik 2 yang mengulas fase empati. Empati merupakan ujung tombak design thinking karena hal utama yang harus saya lakukan adalah mengidentifikasi karakteristik individu peserta didik. Hal ini dilakukan agar mampu memahami dan merasakan apa yang dibutuhkan dan disenangi oleh peserta didik sehingga pembelajaran memiliki makna dan menyenangkan.

Sebelum mengenal design thinking dan fase empati di dalamnya, saya terkadang hanya berfokus pada kompetensi yang harus mereka capai saja tanpa mempedulikan apa yang mereka butuhkan dan mereka sukai. Sehingga, timbal balik yang mereka berikan pun hanya sekadar pemenuhan tugas tanpa mendapatkan esensi dari pembelajarannya, Namun, setelah mengenal dan menerapkan fase empati ini, terjalin timbal balik yang saling menguntungkan antara saya dan peserta didik sehingga mereka mendapatkan esensi dari pembelajaran dan pembelajaran pun bermakna serta menyenangkan bagi mereka.

 

Artefak

Perkembangan teknologi yang semakin cepat berimbas pada pola hidup yang ingin serba cepat dan instan. Begitu pun pada sistem pembelajaran di dalam kelas, banyak peserta didik yang kurang tertarik membaca atau membuat teks-teks yang mengandung banyak paragraf. Sehingga, pada kesempatan menulis teks biografi di kelas X ini, saya menerapkan teknik pentigraf (cerpen tiga paragraf) yang berfokus hanya pada satu tema saja dalam ceritanya. Maka, dalam teks biografi yang mereka buat, mereka hanya diwajibkan untuk menggali satu tema/kisah inspiratif saja dari tokoh yang mereka pilih. Misalnya, tokoh B.J. Habibie memiliki kisah inspiratif berupa sosok tokoh yang pintar, tokoh pembuat pesawat terbang, tokoh yang setia pada istrinya, dll. Kebanyakan teks biografi akan membahas keseluruhan tema tersebut, tetapi dengan teknik pentigraf ini peserta didik dapat mengambil hanya salah satu temanya saja.

Dengan teknik pentigraf ini, diharapkan peserta didik mendapatkan esensi dari pembelajarannya, yaitu mencontoh kisah inspiratif dari tokoh terkenal untuk dijadikan acuan dalam perjalanan mereka menjadi manusia yang bermanfaat.

Berikut hasil karya peserta didik dalam pembuatan teks biografi tiga paragraf:


 



dapat diakses pada: 

https://drive.google.com/drive/folders/1fJrjNLqW4Md8orTW3WJ2QjlC7tnPNBMJ?usp=sharing


Pembelajaran Bermakna

Mata kuliah design thiking mengubah paradigma saya dengan menggeser fokus dari pengajaran konvensional atau tradisional ke penciptaan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif, interaktif, fan berorientasi pada peserta didik. Design thinking memacu saya agar lebih memerhatikan kebutuhan individu peserta didik, mengembangkan empati terhadap pengalaman belajar mereka, dan menciptakan metode pengajaran yang lebih kreatif dan kolaboratif. Sebagai hasilnya, dalam pembelajaran, proses yang saya jalankan menjadi efektif terutama dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan dunia nyata dengan memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, dan inovatif.

Komentar